7.3.11

Pembiayaan Kesehatan ( Prof DR dr Samsuridjal Djauzi, SpPD )

Salah seorang tokoh yang saya hormati, setiap hari minggu saya berusaha mengikuti Artikel yang beliau tulis di Koran Kompas rubrik kesehatan.... bukan semata karena kesenioran beliau, namun dari tulisan-tulisannya saya menjadi paham seperti apa "ROADMAP  IDEAL DUNIA KESEHATAN dan PENDIDIKAN DOKTER di INDONESIA"

walau masih terseok -seok.. beliau terus mengingatkan dan mengembalikan optimisme.. semoga semakin banyak dokter dokter muda yang memahami dan bersedia mengikuti hal hal positif dan sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesai namun tidak mudah dan bahkan boleh dikatakan tidak menarik bagi dunia Industri Kesehatan untuk dilaksanakan..

Demikian cuplikan penggalan Artikel beliau dari Kompas 20 februari 2011 tentang " mendambakan obat murah ( bukan obat murahan lho : ) , dan nanti yang ada didalam kurung adalah tambahan komentar saya*

berikut rangkuman tanya jawab seorang keluarga pasien kepada Prof Samsuridjal :

....kenapa biaya berobat semakin tinggi ? Apakah karena biaya kuliah untuk menjadi dokter mahal ? Ataukah karena ekonomi kita yang disebut sebagai ekonomi biaya tinggi ?
... Adakah cara agar kita bersama dapat menurunkan harga obat khususnya, dan biaya berobat pada umumnya? saya berniat melindungi diri dengan asuransi kesehatan tetapi cukup banyak anggota masyarakat yang hidupnya sulit sehingga tidak mampu masuk asuransi.. mohon pendapat dokter ... 

Penjelasan dari Prof Samsuridjal sebagai berikut : ( mohon dapat disimak karena ini amat berharga : )

    Biaya berobat memang semakin meningkat, ini tak hanya terjadi di Indonesia , tetapi diselutuh dunia. Banyak faktor penyebab,diantaranya penggunaan teknologi canggih, penemuan obat baru dan juga sarana pelayanan kesehatan yang mewah. Sudah tentu biaya ekonomi tinggi akan berpengaruh pada biaya kesehatan.

    Di kota-kota besar di Indonesia juga sudah mulai tampak kecenderungan "defensive medicines" yaitu dokter berusaha melindungi tindakannya dengan melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain serta berbagai tindakan medis yang lengkap. Diharapkan jika lengkap hal ini dapat melindungi dokter apabila kelak terjadi tuntutan pasien kepada dokter. 

     Dengan demikian ada banyak pemeriksaan laborat dan penunjang ( contoh seperti MRI-CT  SCAN , Laborat DNA, dan sebagainya ) yang sebenarnya tidak perlu namun karena ketakutan dokter tetap dilakukan agar dokter tidak dituduh lalai, Memang benar kebiasaan menuntut secara hukum kepada dokter kemudian disikapi sebagian besar dokter dengan melindungi dirinya dengan ASuransi Profesi, meskipun dokter tersebut yang membayar preminya maka pastilah itu berkontribusi dan diperhitungkan terhadap kenaikan biaya berobat pada dokter 
tersebut.

    Jadi sudah waktunya kita membina hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Kita perlu meningkatkan komunikasi dokter dan pasien. Dokter mempunyai empati, mendengarkan keluhan pasien dengan baik, tetapi pasien juga perlu mempunyai motivasi untuk sembuh serta percaya kepada dokter, percaya bukan berarti pasien dan keluarga menerima saja ( percaya saja ) semua perkataan sang dokter, tetapi percaya seperti kita mempercayai sahabat kita, kita percaya dokter berniat baik, dan bila ada hal yang masih tidak jelas maka haruslah kita komunikasikan ( tanyakan kembali ).

BIAYA MAHAL
    Banyak cara untuk menurunkan biaya berobat, Cara yang paling baik adalah memelihara kesehatan dengan baik dengan melaksanakan gaya hidup sehat ( artikel ttg ini sudah sangat banyaj :) , jika kita tidak sakit tentu biaya kesehatan kita minimal.


    Biaya kesehatan juga akan rendah jika kita lebih banyak memanfaatkan layanan kesehatan primer, mulai dari praktek dokter umum dan puskesmas ( juga ada klinik 24 jam ) , sebagian besar penyakit dapat diatasi di layanan kesehatan primer. Dalam kebijakan asuransi kesehatan di Thailand, misalnya, peserta harus memanfaatkan layanan kesehatan primer, ternyata lebih dari 70% masalah kesehatan dapat diatasi di pelayanan primer, hanya sebagian saja yang memerlukan rujukan ke spesialis atau rumah sakit.

    Kiat lain adalah menggunakan obat generik. Harga obat generik umumnya hanya sepersepuluh obat paten karena harga obat patent memperhitungkan biaya penelitian yang mahal ( juga ada biaya marketing * ).

    Jangan malu untuk meminta obat generik kepada dokter anda, permintaan itu merupakan hak pasien. Kita juga patut bergembira karena sekarangjuga ada kecenderungan baru yang positif yaitu sebagian produser obat paten telah mulai mencoba menyediakan harga obat yang terjangkau di negara berkembang seperti Indonesia.


    Sebuah produsen obat paten terkenal pada tahun ini menurunkan harga obat produksinya rata - rata sebesar 50 % ( maaf Prof .. untuk data ini saya belum berhasil mendapatkan data realnya dilapangan karena kebanyakan harga di daerah , khususnya kami di jateng justru meningkat ). Masyarakat tentu menyambut baik kebijakan yang berpihak pada kepada masyarakat luas ini. Mudah mudahan akan lebih banyak produsen obat paten menjalankan kebijakan serupa ( menurunkan harga obat patennya ). karena kita tahu bahwa belum semua obat patent dapat dibuat versi generiknya, jika masa patent obat tersebut belum habis maka kita harus menunggu masa itu habis dulu sebelum mendapat ijin membuat nya menjadi obat generik. ( * catatan : ada obat "me too" dan obat generik bermerek yang akan dibahas pada artikel artikel berikutnya ) 

    Kemudian jika pasien dirawat di Rumah Sakit janganlah meminta kelas I atau VIP, karena pada umumnya di Rumah Sakit , kelas I dan kelas VIP harus mensubsidi pasien yang dirawat di kelas 3 , Pilihlan rumah sakit yang mutu layanannya baik ( dan efisien ) , belum tentu rumah sakit mewah layanannya bermutu ( dan sering tidak efisien ).

 Kemudian obat dan peralatan medis di Indonesia terkena pajak import sehingga harganya jauh lebih mahal daripada di Malaysia, misalnya malaysia tidak mengenakan bea masuk untk obat dan peralatan kedokteran. Kita masih harus menunggu terwujudnya sistem pembiayaan kesehatan melalui jaminan sosial kesehatan ( baik asuransi pemerintah, ABRI, perusahaan dan Swasta )






Mudah- mudahan para pengambil keputusan dapat mewujudkannya dalam waktu yang tidak terlalu lama, Jika jaminan tersebut dapat dilaksanakan di negeri kita, masyarakat tak perlu lagi jatuh miskin karena sakit.... masyarakat harus ters berupaya menjaga kesehatan namun bilamana terjadi resiko sakit ( walau sudah berusaha dijaga ) maka akan dilindungi oleh Asuransi Kesehatan yang kelak bersifat nasional ( harapan kita bersama * )


    

     
 

Tidak ada komentar: